Sesi tanya-jawab dalam diskusi ‘Jurnalisme Rasa bersama Alvin
Adam’ pada Selasa (14/5) di Ruang Oemi, Fikom Unpad, Jatinangor, Sumedang
FOTO: Deden Rochman Saputro
|
“Buat talkshow atau program
jurnalistik itu dengan jurnalisme rasa. Jurnalisme yang pakai empati dan juga
pendekatan dengan hati”, kata Alvin. Dia juga mengungkapkan dalam bidang
apapun, jurnalisme rasa bisa diaplikasikan dan dijadikan sesuatu hal yang bisa
memberikan pendekatan secara berbeda dan lebih dekat.
Salah satu mahasiswa yang hadir dalam diskusi itu, Indra (20) mengatakan
jurnalisme rasa menjadi hal penting dan diperlukan dalam kegiatan jurnalistik.
“jurnalisme rasa itu penting. Jurnalisme rasa diperlukan saat wawancara,
khususnya untuk pihak terwawancara harus merasa nyaman saat diwawancara”, ucap Indra.
Selain menyampaikan jurnalisme rasa itu sebagai pendekatan dengan hati
dan rasa empati, Alvin
juga menuturkan kalau entertainment news itu
juga punya value (nilai). “entertainment news juga punya value dengan jurnalisme rasa”, tambahnya.
Tidak adanya audiens dalam tayangan Just
Alvin karena tidak ada a touchment
antara audiens dengan narasumber. Justru yang ingin dimunculkan dalam tayangan
itu adalah indepth (kedalaman)
informasi untuk menggali informasi lebih dalam dan ekslusif.
Menurut Alvin, Just Alvin menyuguhkan
friendship (pertemanan) yang membuat
kenyamanan dengan adanya untold story.
“Untold story itu yang belum dishare. Kedua,
keluar apa adanya saat dia benar-benar merasa nyaman. Kalau orang tidak nyaman,
maka tidak mau cerita banyak dan percaya sama orang lain untuk menceritakan
rahasianya. Jangan membuka rahasia orang, itu penting tidak? Kecuali di situ
ada kepentingan baru kita buka, kalau tidak ada, ya tidak apa-apa dan untuk
apa?”, tegasnya.
Prof Deddy Mulyana, Dekan Fikom Unpad mengungkapkan diskusi mengenai jurnalisme rasa ini bertujuan
untuk menjembatani antara teori komunikasi dengan praktek komunikasi khususnya
melalui tayangan program Just Alvin. Prof Deddy berpandangan walaupun Alvin
Adam bukan lulusan komunikasi, namun dia adalah praktisi komunikasi di bidang
program televisi entertainment yang
menggunakan jurnalisme rasa yakni jurnalisme yang menggunakan empati.
“Bila kita sebagai manusia mampu menyikapi pemaknaan yang ada di alam
seperti burung-burung terbang dan mencari makan, kita akan mampu menangisinya
sebagai ciptaan Sang Maha Kuasa. Itulah kita menggunakan ‘rasa’ kita dengan
empati terhadap pencipataan-Nya. Begitu pula dengan jurnalisme dan ilmu
komunikasi”, tutur Dekan Fikom Unpad.
Herlina Agustin selaku Ketua Jurusan Jurnalistik Fikom Unpad bertindak
sebagai moderator. Dia pun mengungkapkan acara Just Alvin yang ditayangkan di Metro
TV adalah acara talkshow yang
banyak berkaitan dengan entertainment
atau disebut dunia showbiz. Tapi yang
diangkat adalah mengenai orang-orang di dunia showbiz untuk bisa menyampaikan pendapatnya. Lalu dia memberikan
pandangan mengenai untold story yang
ada pada tayangan Just Alvin.
“Untold story itu bukan masalah
pribadi. Bagi saya, masalah pribadi yang diungkapkan kepada banyak orang tidak
ada manfaatnya untuk orang lain. Tapi kalau di dalamnya masalah publik, itu ada
sesuatu. Karena itu untuk program Just
Alvin segmentasinya untuk orang-orang yang menyukai masalah privat.
Bagaimana menyelesaikan masalah privat bukan sekedar mengungkapkan masalah
privat”, ungkap Herlina.
Selain
itu pula, saat ditanya mengenai acara Just
Alvin bukan masuk ke produk jurnalistik, Herlina pun berpandangan acara
tersebut mempunyai kepentingan lain. “Loyalitas warga adalah kewajiban
jurnalis. Mungkin ini merupakan jurnalis yang menyelesaikan masalah pribadi.
Jurnalis yang benar-benar mengangkat masalah-masalah publik bukan sekedar
masalah pribadi tapi bisa menyelesaikan masalah sosial”, ujarnya. (DRS)
Penyerahan buku dan plakat oleh Prof Deddy Mulyana didampingi
Aceng Abdullah, M.Si selaku PD 3 Fikom Unpad kepada Alvin Adam di sesi akhir
diskusi ‘Jurnalisme Rasa’
FOTO: Deden Rochman Saputro |