Hi-Tech Student Day 2012

Hi-Tech Student Day 2012
Foto bersama Kakak-Kakak Pramuka Unpad dengan Rektor Unpad, Prof. Ganjar Kurnia usai upacara peringatan HUT RI ke-68 pada Sabtu (17/8/2013) di Kampus Unpad Dipatiukur, Bandung

Jumat, 28 Juni 2013

UN Masih Perlukah dilaksanakan?

Tampak gedung SMAN 1 Jatinangor, Kabupaten Sumedang masih dalam tahap pembangunan dan belum adanya sarana laboratorium yang memadai pada Selasa (28/5) di Jalan Raya Bandung-Sumedang
FOTO: Deden Rochman Saputro

JATINANGOR, WARTA BIRU – Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat telah usai dan pengumuman hasil kelulusannya pun sudah ada pada Jumat (24/5) melalui pos ke rumah siswa masing-masing seperti yang dilakukan SMAN 1 Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Namun, apakah penyelenggaraan UN itu sudah tepat sebagai media kelulusan para siswa dan dana yang dikeluarkan sudah sesuai dalam mencapai kualitas pendidikan yang ingin dicapai pemerintah?
Ujian Nasional masih menjadi buah bibir yang hangat diperbincangkan di ranah pendidikan setiap menjelang kelulusan. Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang, Herman Suryatman mengatakan UN sebagai media evaluasi dan media standarisasi masih diperulukan namun bila sebagai instrumen menentukan kelulusan para siswa, UN tidak diperlukan.
“Menurut hemat saya, UN bukan menjadi indikator kelulusan. UN hanya menjadi indikator untuk memotret dan mengevaluasi progress pendidikan secara nasional dan untuk kelulusan sebaiknya seratus persen diserahkan ke sekolah. Bila UN sebagai media evaluasi dan media standarisasi, saya kira dibutuhkan. Tapi sebagai instrumen menentukan kelulusan, saya kira UN tidak dibutuhkan. Biarkan guru, biarkan sekolah yang menentukan kelulusan karena mereka lebih tahu. Kalau untuk evaluasi standar kelulusan nasional, saya kira sah-sah saja”, ungkap Herman.
Herman lanjut menjelaskan, dengan sistem pendidikan yang ada saat ini lebih menitikberatkan pada sisi knowledge (pengetahuan) atau intelektual (kognitif). Padahal seharusnya pendidikan itu bisa mengkombinasikan antara knowledge (pengetahuan), attitude (sikap), dan skill (kemampuan). Ketiga hal tersebut harus bisa beringingan supaya para siswa setelah lulus bisa mengaplikasikan ilmunya untuk meningkatkan kualitas hidupnya dan memberikan manfaat bagi masyarakat serta bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih baik.
Berbeda dengan Herman, menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 1 Jatinangor, Maman Rahmana mengungkapkan lebih baik dana penyelenggaraan UN dimanfaatkan untuk pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana sekolah, seperti laboratorium. Menurutnya, sarana dan prasarana sekolah-sekolah di daerah masih kurang termasuk di SMAN 1 Jatinangor justru belum ada laboratorium yang memadai. Maman juga beranggapan pelaksanaan UN seperti menghambur-hamburkan uang negara dan dilihat kurang tepat sasaran penggunaan uang negara untuk pendidikan di Indonesia.
“Terus terang kami berharap kepada pemerintah, lebih baik uang UN itu diberikan untuk bantuan sekolah. Misalnya kan untuk sarana dan prasarana sekolah yang kurang, seperti laboratoriumnya tidak ada. Kenapa tidak begitu saja dengan uang UN yang milayaran atau bahkan triliyunan. Mendingan manfaatkan uang UN itu untuk pengembangan sarana dan prasarana sekolah. Kalau dilihat pelaksanaan UN ini seperti menghambur-hamburkan uang negara karena honor untuk tim independen, untuk satu orang pengawas itu di atas Rp 1 juta selama 3 hari. Sekarang ada berapa ribu yang jadi pengawas UN? Padahal hanya melihat-melihat pelaksanaan UN. Makanya, uang UN itu untuk pembangunan sarana-prasarana sekolah khususnya sekolah-sekolah di daerah”, ungkapnya.
                “Kan kadang-kadang di daerah-daerah suka ditemui sekolah yang mau runtuh, sekolah udah mau ambruk, ada yang tidak pakai alas/ lantai. Sekolah itu harus sama lah minimal fasilitasnya, seperti laboratoriumnya dilengkapi semua dan sarana gedung olah raga. Di SMAN 1 Jatinangor belum ada gedung khusus olah raga atau lapangan terbuka. Kalau saja diberi Rp 1 milyar, kami bisa membangun lapangan terbuka yang luas dan gedung serbaguna untuk pentas seni dan olah raga”, ujar Maman kembali.
Maman menambahkan pelaksanaan UN boleh berjalan tapi jangan jadi tolak ukur kelulusan siswa. “Serahkan saja pada sekolah, nah nanti sekolah saja yang mengkonversi nilai siswanya sendiri. Karena begini ya, misalnya ada anak-anak yang kelakuannya tidak bagus, sikapnya tidak bagus tapi ketika UN tiba-tiba nilainya bagus dan dia lulus. Sedangkan yang juara olimpiade malah tidak lulus, kan aneh sebetulnya”, ucapnya.
Tahun ini, ada 253 siswa yang mengikuti UN dari SMAN 1 Jatinangor dan para siswanya lulus semua dengan nilai rata-rata 7,00. “Kalau tahun lalu kan nilainya besar-besar tapi tahun sekarang kan tidak. Ya alhamdulillah lah tahun ini lulus semua dengan rata-rata 7,00 untuk tahun ini. Tahun lalu kan banyak ada yang dapat 9,00 bahkan 10,00 tiap mata pelajarannya tapi tahun sekarang kan tidak karena beda lah sistem tahun lalu sama tahun ini. Nilai paling jelek 6,00 dan paling besar 9,00. Yang paling bagus rata-ratanya dari IPS itu sekitar 8,00 sama halnya dengan IPA”, kata Maman.
Berbeda dengan pengumuman kelulusan tahun sebelumnya, pada tahun ini pengumuman hasil kelulusan UN SMA sederajat melalui pos. Hal itu juga dilakukan di SMAN 1 Jatinangor. Maman mengatakan pihak SMAN 1 Jatinangor khawatir bila pengumuman kelulusan UN secara langsung di sekolah akan ada aksi coret-coret apalagi kebut-kebutan di jalan. Maka untuk menghindari hal tersebut, para siswa disuruh menulis alamat rumah mereka. Kemudian, pihak sekolah mengirimkan hasil kelulusan ke rumah siswa masing-masing.
“Pengiriman hasil kelulusan melalui pos dengan perangko kilat supaya segera sampai ke rumah para siswa. Ya sampai di rumah siswa sekitar pukul 1-2 siang. Kecuali bagi rumah siswa yang jauh. Karena dikirim Jumat, kalau tidak keburu karena Sabtu-Minggu libur, kemungkinan Senin baru sampai”, tambah Maman.
Pelaksanaan UN tahun ini di SMAN 1 Jatinangor berjalan dengan tertib dan aman. Dalam pendistribusian soal UN, soal ujian diambil sekitar pukul 4-5 pagi ke Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang yang dikawal polisi sampai ke sekolah pukul 6:30-7 pagi selama 3 hari pelaksanaan UN. (DRS)