Cerdaskan Bangsa Melalui Pendidikan
Dalam amanat
pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 terdapat
kalimat ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’. Kalimat itu lahir sebagai cita-cita mulia dari para
pendiri bangsa yang dapat
dicapai melalui pendidikan. Bapak Pendidikan
Nasional, Ki Hadjar Dewantara menekankan konsep tri pusat pendidikan, yaitu pendidikan
di keluarga, sekolah, dan masyakarat.
Ki Hadjar
telah mencetuskan sebuah falsafah penting dalam pendidikan kita yang dikenal
dengan sistem among dalam ing ngarso sung
tulodho, ing madyo mangunkarso, dan tut
wuri handayani. Sistem among itu dapat diterapkan di tiga sistem pendidikan
tadi yang berfokus pada keteladanan dan kesederhanaan. Keteladanan yang
dimaksud adalah dapat menempatkan diri pada alam lingkungan sekarang dengan
tidak melupakan budaya bangsa.
Saat
ini, anggaran pendidikan Indonesia telah mendapatkan porsi yang cukup besar
dalam mewujudkan cita-cita para leluhur untuk mencerdaskan bangsa. Pemerintah
sudah seharusnya terus berupaya secara optimal dalam menggunakan anggaran
pendidikan sebesar 20 persen untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kemajuan
bangsa.
Berbagai
kebijakan pendidikan harus benar-benar mempunyai output yang jelas, jangan hanya sebatas program seremonial saja dan
tidak menyeluruh. Masih banyak ditemukan berbagai fasilitas sekolah di daerah-daerah
terpencil belum memadai bahkan boleh dikatakan tidak layak. Bahkan tak jauh
dari ibu kota Jakarta masih ditemukan sekolah yang tidak mempunyai gedung.
Akses
menuju sekolah pun boleh dikatakan dalam kondisi buruk, seperti jalan dan
jembatan masih ada yang rusak bahkan membahayakan keselamatan siswa. Misalnya,
jembatan yang mendapat julukan indiana
jones di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten sempat menghebohkan, lantaran
kondisi jembatan yang sangat memprihatinkan dan mengancam keselamatan siapapun
yang melintasinya.
Konsep
pendidikan yang dirancang Ki Hadjar menjelaskan sekolah harus menjadi tempat
yang nyaman dan menyenangkan untuk siswa. Di sini, peran guru sebagai orang tua
siswa saat di sekolah dilakukan dengan pola komunikasi yang baik. Guru tidak
hanya mengajar, melainkan mendidik siswa melalui proses pembelajaran yang
kreatif dan inovatif.
Di
samping itu, orang tua mendidik anaknya dengan keteladanan di lingkungan
keluarga, seperti mencontohkan tata krama dalam bersikap dan bertutur kata yang
santun terhadap semua orang. Kemudian, anak dapat dilibatkan langsung dalam
kegiatan masyarakat, seperti gotong royong sebagai perwujudan konsep tersebut.
Jangan
biarkan generasi penerus bangsa putus sekolah karena biaya, misalnya ada siswa
yang harus membantu pekerjaan orang tuanya untuk bertahan hidup. Orang tua yang
menganggap pendidikan tidak terlalu penting karena tidak dapat menghasilkan pendapatan
bagi keluarganya merupakan pola pikir yang keliru dan mental seperti itu dapat
dihilangkan melalui pendidikan.
Pendidikan bukan berujung pada materi saja, namun jauh
lebih penting yaitu keteladanan dan budi pekerti luhur yang menciptakan kecerdasan
seseorang, baik kecerdasan intelegensi, emosional hingga spiritual. Dari
pendidikan itulah, kemajuan dan daya saing bangsa bisa semakin tercapai dalam
berbagai sektor khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).