Berbicara
tentang politik pasti kita sebagai orang yang awam dengan istilah tersebut akan
mempersepsikannya sebagai sesuatu hal yang rumit, semerawut, dan buat kita
pusing ketika mendengar istilah tersebut. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa
Jurnalistik semester 3 yang mendapatkan mata kuliah Komunikasi Politik, agaknya istilah tersebut harus diketahui dan
dipahami lebih dalam lagi khususnya dalam mata kuliah ini.
Politik memang untuk
sebagian orang yang belum mengetahui dan memahami apalagi sampai terjun ke
dalam dunia politik akan merasa tak ingin berpikir secara lebih lanjut karena
membuat “pusing” dan banyak “manipulasi” ataupun “manuver” bahkan “konspirasi” di
dalamnya. Padahal secara harfiahnya politik membutuhkan pengetahuan, wawasan,
dan interpretasi yang memang mendalam dan tidak selamanya membuat “pusing” bila
sudah paham betul makna dan esensi dari istilah politik tersebut.
Secara etimologis, kata politik
berasal dari bahasa Yunani, polis
yang berarti kota atau Negara kota. Dari kata polis ini kemudian diturunkan kata-kata lain seperti polities (Warga Negara) dan politicos nama sifat yang berarti
kewarganegaraan. Untuk kata ilmu politik digunakan istilah politike episteme dan untuk kemahiran politik digunakan istilah politike techne.Para ahli ilmu politik
memberikan definisi yang berbeda-beda dalam menafsirkan definisi dan pengertian
dari politik.
Menurut Miriam Budiarjo pada umumnya
dapat dikatakan bahwa politik adalah
bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik yang menentukan tujuan-tujuan
dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik tidak bisa
dilepaskan dari suatu tujuan bersama karena politik selalu menyangkut
tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat dan bukan tujuan pribadi seseorang.
Joyce Mitchell seorang sarjana yang
menekankan pengambilan keputusan sebagai inti dari politik, berpendapat bahwa
politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum
untuk masyarakat seluruhnya. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses untuk
menentukan pilihan di antara beberapa alternatif. Dalam menentukan pilihan
tentu menggunakan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang akhirnya ada yang
terpilih dan ada yang tidak terpilih, atau ada yang diprioritaskan dan ada yang
tidak diprioritaskan. Oleh karena itulah pengambilan keputusan merupakan salah
satu konsep pokok dari politik. Sarjana-sarjana yang memandang bahwa politik
adalah aspek pembagian, beranggapan bahwa politik
adalah membagikan dan mengalokasikan nilai-nilai politik secara mengikat.
Harold Laswell yang memandang politik dari unsur pembagian berpendapat bahwa politik adalah masalah siapa mendapat
apa, kapan dan bagaimana.
Dari penjabaran mengenai
beberapa pengertian politik dapat disimpulkan bahwa politik merupakan suatu proses untuk mengambil suatu keputusan dan
tujuan bersama dimana terdapat beberapa kegiatan/tindakan di dalam suatu sistem
politik. Sedangkan istilah komunikasi yang sudah kita ketahui dari beberapa
ahli seperti menurut Raymond S. Ross, komunikasi
adalah suatu proses menyortir, memilih dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian
rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari
pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator. (Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ,
2005, hal 62, Dedy Mulyana).
Jadi, komunikasi politik adalah suatu proses
penyampaian pesan dari seorang/lebih komunikator terhadap komunikate untuk
bersama-sama merumusakan suatu keputusan dan tujuan bersama melalui beberapa
kegaiatan/tindakan dalam suatu sistem politik. Setelah mengetahui pengertian
tersebut maka, jika saya mengambil suatu contoh dari kegiatan yang bersangkutan
dengan dunia politik di dalam organisasi mahasiswa. Ada beberapa hal yang bisa
kita analisis dan persepsikan sebagai bentuk dari komunikasi politik tersebut.
Kita tahu bahwa di dalam
kegiatan mahasiswa terdapat beberapa organisasi dalam dan luar kampus yang
pastinya ada kegiatan berpolitik. Kegiatan-kegiatan mahasiswa tersebut di
antaranya: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di
Fakultas dan Universitas, dan beberapa komunitas mahasiswa lainnya.
Saya mencoba menyoroti
tentang kegiatan mahasiswa yang merupakan badan/lembaga tertinggi mahasiswa di
tingkat Universitas yaitu BEM. Di Universitas Padjadjaran (Unpad) sendiri
mempunyai badan tertinggi mahasiswa yang dinamakan BEM KEMA yang singkatan dari
Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa. Ketika saya berpartisipasi
menjadi PPF (Panitia Pemilihan Fakultas) dimana itu adalah kaki tangan dari
Prama sebutan untuk panitia pemilihan Presiden BEM KEMA, saya dkk di Fakultas
memfasilitasi proses demokrasi di kampus kami di Fikom Unpad. Ketika itu, saya
bertindak sebagai seksi acara PPF.
Saya dkk mengajak
seluruh mahasiswa Fikom Unpad yang masih berstatus mahasiswa untuk meyuarakan
aspirasinya dalam pemilihan Presiden BEM KEMA periode 2011-2012. Tentu saja,
itu bukan pekerjaan yang mudah. Karena di Fikom itu sendiri partisipasi
terhadap pesta demokrasi Unpad yang diadakan setiap tahunnya itu kurang. Ini
disebabkan tidak adanya badan tertinggi di fakultas kami. Sungguh disayangkan
mahasiswa Fikom yang terkenal dengan good
communication –nya ini tidak ada lembaga tertinggi mahasiswa. Saya tahu ada
senat, namun itu juga sedang vacum (tertunda).
Wajar saja, bagi mahasiswa senior untuk mengikuti proses pemilihan presiden BEM
KEMA, lebih baik untuk membenahi lembaga tertinggi di kampus sendiri.
Namun saya dkk tidak
patah semangat untuk menggelorakan pesta demokrasi universitas di kampus kita.
Saya dkk membuat publikasi dan propaganda akan pentingnya mengikuti pemilihan
Presiden BEM KEMA. Karena pada hakekatnya semua aspirasi yang menyangkut dengan
mahasiswa itu sendiri mulai dari kegiatan belajar-mengajar di kampus, fasilitas
kuliah, UKM, beasiswa, dan lain-lainnya yang berhubungan dengan mahasiswa itu
sendiri. Dari pemilihan inilah kita bisa memulai penyaluran aspirasi mahasiswa
secara tepat dan di bawah naungan lembaga tertinggi mahasiswa tingkat
universitas.
Sebelum hari pemilihan,
para kandidat atau calon Presiden dan Wakil Presiden beserta para tim suksesnya
melakukan kampanye di berbagai fakultas untuk memperkenalkan siapa dirinya dan
juga program kerja apa saja yang akan dijalankan oleh para capres dan cawapres
BEM KEMA Unpad. Tentu saja, mereka telah
menyiapkan visi dan misi mereka melalui serangkaian propaganda yang disebar di
seluruh pelosok kampus untuk memilih mereka. Media publikasi dan propaganda
mereka disebar di berbagai fakultas di kampus Jatinangor dan Dipati Ukur
termasuk di beberapa fasilitas kampus di antaranya ada yang ditempel di angkot
ataupun “odong-odong” dalam kampus, baliho di depan gerbang lama, dsb.
Dari pantuan saya, media
propaganda tersebut cukup efektif untuk memperkenalkan siapa mereka serta apa
visi dan misi mereka ke semua mahasiswa Unpad beserta civitas Unpad lainnya
selain dengan aksi tatap muka dengan mahasiswa Unpad lainnya. Aksi tatap muka
dengan mahasiswa Unpad lainnya itu dikemas dalam bentuk kampanye langsung ke
fakultas-fakultas yang ada di Unpad dan dengan adu visi-misi mereka (debat)
untuk kedepannya akan melakukan hal apa saja ketika menjabat sebagai Presiden
dan Wakil Presiden BEM KEMA Unpad.
Saat berkampanye di
Fikom, ada tantangan tersendiri ketika saya dkk menjadi PPF. Karena antusiasme
mahasiswa Fikom untuk mendengarkan kampanye ataupun orasi para capres dan
wapres BEM KEMA Unpad agak kurang. Ini juga disebabkan jadwal kampanye yang
digelar pada hari Jumat dimana hari tersebut merupakan hari terakhir kuliah dan
biasanya mahasiswa Fikom yang kuliah pada hari tersebut hanya beberapa kelas
saja. Walhasil, para capres dan wapres tersebut sebatas membagikan selebaran
berupa visi-misi mereka salah satunya yang dilakukan capres Tanri dari FK
(Fakultas Kedokteran) bersama wapres dan tim suksesnya yang sekarang menjabat
sebagai Presiden BEM KEMA Unpad periode 2011-2012.
Entah mengapa di Fikom
itu, minat pemilih untuk memilih cenderung sedang-sedang saja kalau menurut
saya. Karena dari ribuan mahasiswa Fikom hanya beberapa yang memilih dengan
kisaran 800-an mahasiswa. Itu menandakan bahwa supaya partisipasi mahasiswa
Fikom Unpad lebih aktif dan aware
lagi dengan hal seperti itu, harus ada strategi politik lainnya yang mesti
dipersiapkan oleh para capres dan wapres BEM KEMA Unpad. Bisa meyakinkan
mahasiswa Fikom Unpad bila mereka menjadi Presiden dan Wakil Presiden BEM KEMA
Unpad ada kontribusi langsung ke Fikom Unpad khususnya untuk lembaga tertinggi
mahasiswa di Fikom.
Agak menggelitik
bilamana para pemilih yaitu mahasiswi Fikom Unpad memilih capres dan cawapres
dari fisiknya saja alias wajah rupawan dan meyakinkan untuk jadi Presiden dan Wakil
Presiden BEM KEMA Unpad tanpa melihat visi-misi dan program kerja (proker).
Namun, ada juga yang tidak suka dengan proses demokrasi ini yaitu dengan
memboikot kotak suara untuk tidak dihitung yang dilakukan oleh beberapa
mahasiswa senior tingkat akhir yang merasa dirinya tidak terfasilitasi oleh BEM
KEMA Unpad. Padahal seharusnya para mahasiswa senior itu ikut dari awal
kampanye sampai proses debat untuk memberikan aspirasi dan pertanyaan akan
ketidakpuasannya terhadap kinerja BEM KEMA Unpad. Tapi untungnya dibantu oleh
mahasiswa senior lainnya yang pro terhadap proses demokrasi mahasiswa
memberikan penjelasan bahwa PPF ini hanya bertugas memfasilitasi pesta
demokrasi Universitas Padjadjaran (Unpad) dalam memilih pemimpin mereka di
lembaga tinggi mahasiswa tingkat universitas.
Saya berharap dengan
strategi politik dan beberapa proker yang berbasis pro-mahasiswa ataupun CSR (Corporate Social Responsibility) maka mahasiswa Unpad akan dapat mengatahui dan memahami betapa
pentingnya proses demokrasi di dalam kampus khususnya untuk mahasiswa itu
sendiri supaya segala aspirasi mereka ada yang mewadahi dan memperjuangkan
aspirasi tersebut supaya menjadi kenyataan dan lebih baik lagi untuk kegiatan
mahasiswa Unpad.
Sumber:
v Pemikiran dan Pengalaman Pribadi