Diari Komunikasi Politik ke-9 dari
tayangan video yang berjudul “Peace, Propaganda & The Promised Land”.
Realitas saat ini mengatakan bahwa negara Palestina berada di bawah tekanan dan
kekuasaan bangsa Israel yang menurut saya dan sebagian orang di dunia ini
sebagai tindakan tidak berprikemanusiaan. Jelas saja, ini ditunjukkan dengan
“pencaplokan” tanah Palestina oleh bangsa Yahudi sejak tahun 1948-1952 terjadi
imigrasi besar-besaran sekitar 648.000 orang ke Israel yang terdiri dari
populasi Yahudi di negara Arab dan Eropa. Sejak saat itulah bangsa Palestina
terjajah di negeri mereka sendiri. Sungguh bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia
(HAM) yang sangat berat dan tak beradab.
Kebiadaban tentara Israel yang
menyisir daerah konflik Palestina-Israel di tanah Palestina sungguh tak
berprikemanusiaan dan mengarah pada perilaku tak manusiaswi di bawah perilaku
hewan. Ini ditunjukkan dalam video yang berdurasi 1 jam lebih 20 menit itu.
Peran media sangat berperan dalam mendamaikan situasi konflik Palestina-Israel
atau makin membuat runyam dan semerawut konflik tersebut. Seperti pada media
Amerika Serikat yang sebenarnya mengarah ke adu domba politik Palestina dan
Israel memberitakan bahwa tingkat simpati warga AS mengarah pada Israel dengan
persentase 52 % sedangkan untuk Palestina hanya 10 % berdasarkan CBS NEWS POLL. Hal ini jelas menandakan
keberpihakan AS terhadap Israel yang memang pada kenyataannya AS adalah negara
sekutu Israel.
Adu domba itu diperlihatkan AS saat
Israel menyerang wilayah Palestina di mana AS membuat skenario dan propaganda
peperangan antara Pihak Hamas dan Fatah di Palestina yang merupakan dua basis
utama politik Palestina. Ini menjadi senjata bagi AS untuk melancarkan serangan
tidak langsungnya melalui Israel dan selalu membantu persenjataan untuk Israel
dalam menggempur tanah Palestina. Di awali dengan konflik dan peperangan di
Libanon pada tahun 1982 yang memperlihatkan banyaknya warga sipil tak bersalah
dibunuh secara sadis oleh tentara Israel maupun AS yang memang berniat untuk
menguasai Palestina secara sepenuhnya melalui negara tetangga Palestina yaitu
Libanon.
Para jurnalis berlomba-lomba dalam
memberitakan kabar terkini mengenai situasi peperangan dan konflik
berkepanjangan antara Palestina-Israel baik secara blak-blakan tanpa memperdulikan kode etik jurnalistik di mana
memperlihatkan gelimpangan mayat yang tersebar di jalan-jalan Jalur Gaza maupun
Tepi Barat, Palestina. Seharusnya ada standarisasi tersendiri dalam
memberitakan hal tersebut karena menyangkut HAM dan rasa kemanusiaan. Bahkan
tak heran peran media makin menjadi-jadi dengan liputan langsung oleh reporter
media-media tersebut. Dengan begitu seperti pada materi Komunikasi Politik
sebelumnya yang menyatakan bahwa peran media sebagai pusat transformasi
informasi khususnya mengenai isu-isu peperangan dan konflik di mata masyarakat
dunia memiliki pengaruh besar dalam mindset
warga dunia yang disebut sebagai mediatisasi. Dari situlah mampu menjajah
logika masyarakat akan keberadaan peperangan dan konflik sebagai jalan terbaik
bagi kaum penguasa dan kaum yang lebih kuat merasuki pemikiran warga dunia dan
dijajah oleh logika media yang disebut sebagai mediacracy.
Seolah-olah warga AS dibuat simpati
terhadap Israel yang tidak punya tanah tempat tinggal padahal mereka yang
dengan kejam “mencaplok” tanah bangsa Palestina secara sepihak. Peristiwa-peristiwa
nyata di dunia terhadap Konflik Timur Tengah dibuat skenarionya oleh AS dan
Israel karena adanya para pemilik perusahaan-perusahaan media AS, elit-elit
politik, kampanye public relations pemerintah
Israel di mana di dalamnya terdapat para pemilik public relations AS, konsulat-konsulat Israel di beberapa kota di
AS, dan organisasi-organisasi AS tertutup), serta grup-grup pengawas
pemerintahan melalui media pemberitaan.
Bayangkan saja, banyak pemberitaan
tersebut seolah-olah memojokkan Palestina yang semakin lama semakin berkurang
tanahnya untuk bangsa Palestina tinggali dan tersisa di Jalur Gaza dan Tepi
Barat itu pun sudah mulai dibombardir dengan segala bentuk persenjataan. Bahkan
penghancuran bangunan-bangunan bangsa Palestina oleh tentara Israel yang
biadab. AS tak segan untuk menggelontorkan dana bantuan untuk Israel sebesar 6
miliar dolar AS atau setara dengan 6 triliun rupiah. Itupun belum dengan
senjata gratis dari AS. Sungguh angka yang fantastis untuk biaya perang.
Akankah lebih baik untuk pendidikan dan mengatasi kelaparan di dunia. Mereka
bangsa yang tidak beradab dan berprikemanusiaan. Hanya mencari kekuasaan semata
dan keuntungan untuk dirinya sendiri tanpa memperdulikan orang lain.
Sampai data terakhir dalam video itu
pada tahun 2000, di wilayah Tepi Barat wilayahnya tinggal 85 %. Di sana
ditunjukkan tidak ada pembatas wilayah, tidak ada tempat untuk pesawat
mengudara, tidak ada air, tidak ada jalan yang layak, dan sebagainya. Sebenarnya
kesemua itu tidaklah harus terjadi jika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
bertindak tegas terhadap pendudukan yang dilakukan oleh Israel dengan adanya
sanksi keras terhadap Israel dan negara-negara lain di dunia khususnya
negara-negara timur tengah maupun negara yang punya kedekatan dengan Palestina
bisa membantu pembebasan tanah Palestina dengan satu perdamaian, perdamaian di
tanah Palestina untuk Palestina yang merdeka.
Sumber:
v Video “Peace, Propaganda & The Promised Land”
v Pemikiran dan Analisis Pribadi
v Catatan Kuliah Pribadi
http://akhirzaman.info diakses pada Kamis, 8 November 2012 pukul 22.13 WIB